BAB I
HAKIKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system
pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan
yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi
juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki
siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka
setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun harus didasarkan pada
asas-asas tertentu.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai orgenisme yan aktif atau pasif.
3.
Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagao proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubanh
perilaku anak.
4. Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan
belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat
memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peranan guru:
apakah guru harus berperam sebagai instruktur yang bersifat otoriter,
atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap member bimbingan dan
bantuan pada anak didik untuk belajar.
6. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilam ditentukan dengan tes atau nontes.
A. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
Pengembangan
is kurikulum biasanya diawali dengan rancangan kebijakan kurikulum,
rancangan bdang studi, program pembelajaran, unit pengajaran, dan
rencana pembelajaran. Kebijakan kurikulum merupakan otoritas pemegang
kebijakan pendidikan. Kebijakan kurikulum memuat tentang apa yang harus
diajarkan dan berfungsi sebagai pedoman bagipara pengembang kurikulum
lebih lanjut. Kebijakan kurikulum pada dasarnya merupakan keputusan yang
ditentukan dari hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Menentukan kebijakan kurikulum harus dilaksanakan secara hati-hati,
sebab akan memengaruhi berbagai kebijakan pendidikan lainnya. Misalnya,
mengenai isi dari setiap disiplin ilmu yang perlu dikuasai oleh anak
didik dalam jenjang tertentu, kebutuhan social macam apa yang harus
dikuasai anak didik serta pengalaman belajar yang bagaimana yang harus
dimiliki anak didik. Hal ini tentu saja didasari pada pengkajian yang
komperensif.
Rancangan program studi meliputi kegiatan-kegiatan
menentukan tujuan, urutan serta kedalaman materi dalam setiap bidang
studi, misalnya rancangan bidang studi matematika, bahasa, IPA, dan lain
sebagainya.
Rancangan program pengjaran adalah kegiatan merancang
aktivitas belajar dalam setiap bidang studi untuk satu tahun, satu
semester atau, satu caturwulan. Program pengajaran tersebut selanjutnya
dijabarkan pada rencana pembelajaran, yang dirancang lebih khusus untuk
jangka waktu tertentu. Bias jadi program yang lebih khusus itu adalah
program pembelajaran untuk satu kali pertemuan dalam proses pembelajaran
B. Tujuan Kelembagaan (Institusional Purpose)
Tujuan
kelembagaan sama artinya dengan visi dan misi sekolah. Pengembangan
kurikulum selamanya harus sejalan dengan visi dan misi sekolah yang
bersangkutan, karena kurikulum pada hakikatnya disusun untuk mencapai
tujuan sekolah.
Setiap jenis sekolah akan memiliki visi dan misi
yang berbeda. Jenis sekolah kejuruan, misalnya akan berbeda dengan
sekolah umum. Sekolah kejuruan yang memiliki visi dan misi untuk
memersiapkan anak didik memiliki keterampilan sesuai dengan lapangan
pekerjaan tertentu, maka mengembangkan isi kurikulum akan lebih tepat
dilakukan melalui analisis pekerjaan (job analysis), bukan melalui
analisis disiplin ilmu. Sebaliknya, sekolah yang memiliki visi dan misi
untuk mempersiapkan anak didik dapat mengikuti pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi, maka analisis disiplin ilmu, seperti pemahaman fakta,
konsep teori dan sebagainya, akan lebih cocok dibandingkan dengan
penentuan isi kurikulummelalui analisis tugas atau analisis pekerjaan.
Dengan demikian, visi dan misi sekolah harus menjadi pertimbangan utama
dalam menentukan isi kurikulum. Sehingga, pengalaman belajar yang
dilakukan siswa di sekolah, akan menjamin pencapaian tujuan sekolah yang
bersangkutan.
Pengembangan landasan kurikulum terdiri atas 3 sumber yakni:
1. Studi tentang hakikat dan nilai pengetahuan (studies of nature and vakue of knowledge) sebagai aspek filosofis.
2. Studi tentang kehidupan (studies of life) sebagai aspek social-bidaya.
3. Studi tentang siswa dan teori-teori belajar (studies of learners and learning theory) sebagai aspek psikologi.
Gambar Peran landasan Kurikulum
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa peran landasan dalam pengembangan adalah sebagai berikut:
1.
Pengembang kurikulum pertama kali harus memiliki pandangan yang jelas
tentang hakikat ilmu pengetahuan dan hakikat nilai (sebagai landasan
filosofis).
2. Pandangan folisofis tersebut kemudian disusun dalam
konteks pemahaman pengembang kurikulum tentang masyarakat dan
kebudayaannya serta kebutuhuan masyarakat pada masa yang akan dating
(landasan sosiologis dan budaya).
3. Aspek psokologis yakni hakikat
siswa dna bagaiman mereka belajar akan berkontribusi dalam membangun
suatu kurikulum (landasan psikologis).
4. Secara keseluruhan ketiga
landasan tersebut akan menjadi sumber bagi pengembang dalam menentukan
keputusan tentang kurikulum yang akan disusun.
5. Berdasarkan keputusan, selanjutnya para pengembang dapat menentukan keputusan tentang tugas-tugas kurikulum.
6.
Ketika sumber-sumber menjadi landasan kurikulum dan konsep kurikulum
telah menghasilkan isi kurikulum itu sendiri, maka selanjutnya kita
dapat menentukan bagaimana hasil akhir kurikulum yang dibutuhkan.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Prinsip Relevansi.
Kurikulum
merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa
baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman
belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Ada dua
macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki
keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan
yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus
dimiliki siswa, strategi atau metodeyang digunakan serta alat penilaian
untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan
keutuhan suatu kurikulum.
Ada 3 macam relevansi eksternal dalam
pengembangan kurikulum: Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta
didik. Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun
dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan
situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Ketiga, relevan dengan
tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah
harus mampu memenhi dunia kerja.
B. Prinsip Fleksibilitas
Apa yang
diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang ada. Bias saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan
oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar
siswa , yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di
sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel.
Artinya, kurikulum itu harus bias dilaksanakan sesuai dengan kondisi
yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama,
fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak
bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengna
kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus
menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan
minat siswa.
C. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung
pengertian bahwa oerlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan
antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan.
D. Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan
rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua siis efektifitas dalam suatu
pengembangan kurikulum.
E. Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan
dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
BAB III
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada
tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofil,
psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut
diuraikan di bawah ini.
A. Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat
berasal dari kata Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”.
Philos, artinya cinta yang mendalam¸dan Sophia adalah kearifan atau
kebijaksanaan.
Filsafat dan tujuan pendidikan
1. Autonomy. Gives
individuals and group the maximum awareness, knowledge and ability so
that they can manage their personal and collective life to the greates
possible extent.
2. Equity. Enable all citizen to participate in cultural and economic life by coffering them an equal basic education.
3.
Survival. Permit every nation to transmit and enrich its cultural
heritage over the generation, but also guide education towards mutual
understanding and towards what has become a worldwide realizations of
common destiny.
B. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Secara
psokologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik
perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus
memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan belajar anak.
a. Psikologi Anak
Salah
satu hal yang perlu diketahui tentang anak, adalah masa-masa
perkembangan mereka. Menurut Piaget, perkembangan intelektual setiap
individu berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu. Yaitu 4 fase
sebagai berikut:
1. Sensorimotor, baru lahir-2 tahun;
2. Praoperasional, 2-7 tahun;
3. Operasional konkret, 7-11 tahun; dan
4. Operasional formal, 11- 14 tahun ke atas.
b. Psikologi belajar
Perkembangan
kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebaba, pada dasarnya
kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas
tentang belajar sebagai proses perubahan perilaku. Namun, demikian,
setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.
C. Landasan Sosiologis – Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
Sekolah
berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan
aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman
dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan tuntuan
masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini, sekolah bukan hanya
berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat,
akan tetapi juga sekolah berfumngsi untuk mempersiapkan anak didik falam
kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu, kurikulum bukan hanya berisi
berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu
yang dibutuhkan masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang memiliki peran sangat penting.
Landasan pengembangan kurikulum seperti sebuah pondasi bangunan.
Persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaiman cara
belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi
atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan
yang ingin dicapai. Sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan
persoalan system nilai dan keutuhan masyarakat.
B. Daftar Pustaka
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar